Halaman

Selasa, 28 Desember 2010

Kumpulan Sampah

Kerinduan yang pasrah
Oleh Achonk Gag Enag · 07 Desember 2009
Ini bukan syair lagu cinta tak bertuan milik band seventeen. Ini hanyalah curahan hati seorang yang tak berarti, yang mendambakan indahnya, nikmatnya, bahagianya jatuh cinta. Dengan bertaburan kerinduan-kerinduan yang semerbak mewangi. Tapi bukan itu yang ku alami, hanyalah cinta yang tiada jalan, dan kerinduan-kerinduan yang pasrah.


Tiada arti lagi
Oleh Achonk Gag Enag · 02 Desember 2009
Kosong, bagaikan undian palsu dibungkus sabun detergent. Palsu, seperti hp bm. Dan tak berguna seperti limbah se limbah-limbahnya.


Kecuthelan ku
Oleh Achonk Gag Enag · 08 November 2009
Hentikan aku, sadarkan bahwa aku benar2 sendiri...!!!
Sadarkan aku, bahkan dengan tamparan terkerasmu sekalipun...!!! Jerumuskan aku, hingga aku yakin hanya kamu yang aku miliki...!!!


Inilah
oleh Achonk Gag Enag pada 30 Oktober 2009 jam 20:03
Hancur...
Tiada penuntun jalan...
Kelam...
Tiada cahaya dimataku...
Ego mengalahkan segalanya, & hidupku menggantung dibatas keterpurukan.
Aku, tidak lebih baik dari siapapun, bahkan dengan penghuni jeruji kemunafikan. Hancur... Sehancur-hancurnya aku.


Aku untukmu
oleh Achonk Gag Enag pada 27 Oktober 2009 jam 3:56
Aku akan datang. Tunggulah didepan pintumu.
Sekarang, aku masih belajar untuk merangkak, perlahan akan bisa untuk berjalan, bahkan berlari. Biar cepat aku menghampirimu.
Sekarang, aku masih belajar menggenggam, perlahan akan bisa untuk meraih, meraih semua cita kita.
Sekarang, aku masih belajar, belajar untuk bisa menjadi milikmu, & aku akan datang, tunggulah didepan pintumu.


Saat ini
oleh Achonk Gag Enag pada 27 Oktober 2009 jam 4:00
Sepi, sendiri tanpa pasti.
Melayang, hilang & terbuang.
Mengapa getir terus mengalir?
Hingga tiada tawa yang ku bawa.


Kumpulan sampah
oleh Achonk Gag Enag pada 27 Desember 2010 jam 21:37

Sepi itu kejujuranku,,, disana sajak bebas berlari,, walau kaki terpapah,,, terbang puas walau sayap terluka,,, disana puisi adalah sahabat yang menadah airmata berdarah.



Dia besar dijiwaku, tajam menghujam, seperti deras hujan, dia menumbuhkan dendam, jiwapun tak ingin tentram dengan dia yang tertawa melenggang.



Dia bosan jadi hati yang mayat, menghuni nisan2 kerinduan, tak ada sanak cinta yg hirau, hanya peziarah menabur bunga perih berkelopak duri, kini, & sepi.



Cinta turun, syahdu mengayun, seperti denting piano yg mengalun, aku, seperti itu. Tapi sayang, kau tak suka piano, lebih suka gendang. & aku sakit mengerang.



Tak usah berbicara jarak denganku, karena buatku tempatmu berpijak sekarang adalah jahannam.



Embun pagi merengsek, masuk kedalam, ingin merasakan empeduku, karena hatiku tak juga selesai direnovasi.



Yg merenovasi hati saya berkata: hati anda rusak parah, terlalu lama untuk direnovasi.



Dan dgn pertimbangan, untuk menampung cinta, kesedihan, bahagia, kecewa, & dendam, untuk sementara tinggal-lah di EMPEDUKU, karena hati tak lagi guna.



Untuk kamu kamu jg, tak mungkin hati, sebentar, punyaku hanya empedu,



Meninggalkan teras sejenak, mencari yg cinta, mendendam yg dendam, aku, kuasa disini, dimimpi.



Malam ini & sterusnya jgn tidur dihatiku, da kamar kosong dipojok empeduku, terlentanglah disana, karena hati saya sedang direnovasi.



Sebentar,, ku bersihkan dulu empeduku,, biar kamu, kamu betah terlentang diterasnya



Ada hajatan di empedu ku, kontras, kue & minuman legit trsuguh dicawan yg pahit. Kamu mau mampir malam ini, rasakan saja, aku enggan bercerita.



Empedu ku kosong, berdebu, kotor, pintunya rusak & trbuka, tak sprti hatiku yg mayat & trkunci dari dalam.



Ada jalan rahasia disana, menuju yg kamu inginkan, jadikan ada harta karun disana, dgn peta peredam dendam.



Ada kamu dan kamu,, Terlentang di teras empeduku,, menikmati getah pahit yang tersuguh manis,, berunding untuk melegitkan yang sudah dituliskan untuk pahit.



Dia sakit Liver,, tak bisa gunakan hatinya lagi,, untuk mereka-mereka(Lagi),,



aku tak sanggup menyelam, tenggelam, pada hatimu yang dalam.



Tak ada lagi yang kau cari disini,,, hanya ada hati yang busuk,, mati tanpa ada nyawa sebelumnya



Indahnya kepalsuan, sangatlah indah, sakit indahnya.



Senyumku tersayat, pahit melekat. Diam!!! & Nikmati saja cintaku yg mayat.



Tak kukecap yg kukecup, tak terbang & mengambang, bukan fatamorgana yg buatku gundah gulana. Tp kamu, kamu & kamu, hanya itu saja.



Aku pahit, untuk tawa sekalipun. Aku getir, untuk senang sekalipun. Aku bukan hati, aku, empedu.



Dingin, dsini. Yg hangat tak pandai lg mnghangatkan. Aq butuh tabung hatimu yg 3kilo, aq ingin kau meledak disampingku.



Lama tk mnyapa fajar, hangat trsenyum. Tnpa plangi krn tk da air mata, murni embun saja tak sanggup memanggil. & aq ptuskan untuk brcengkrama dgn burung pagi yg bisu.



Kamar ini semakin sempit, sesak, ruangan ini butuh nafas buatan dari kamu kamu, mencoba hidup lagi, mencoba cicipi kopi buatan kamu kamu.



Ramai sekali disini, penuh dgn jeritan2, mencari kamu, aku butuh.



Empedu memang pahit, tapi hanya itu yang aku punya saat ini.



Maaf, bukan aku menutup, atau tak bisa menempatkan kmu disana, tapi aku sudah tak punya hati, aku hanya punya empedu, apa kmu mau menempati empeduku???



Aku yakin tak ada yg mau dgn empeduku, walau hanya sekedar minum teh diterasnya, hanya menunggu kepasrahan, untuk berobat didinding empeduku.



Mati rasa, tak da apapun dsini, diotak, dihati, diempedu pun hanya rumah kosong bagi racun2 dendam & kecewa. Kamu? tidak da jg. Dia,,,? entah...!!!



Suara hujan mengericik, lelah pada yg licik, tak da lagi cinta picik, karena dia menjadi muntah yg jijik



Berhenti untuk mencari, hanya tunggu tuhan yang beri, apa salah?



Pintu hatiku terkunci,,, jika kau mau tunggu saja di kantung empedu, disitu ada tempat untuk menunggu,,, sampai ku temukan lagi kunci hatiku.



Jika kau tak tahu tempat kantong empedu itu,,, tepat di bawah hati yang sempat kau tempati, dulu.



Hey aku mau minum penawar racun, kamu yang di empedu hati2 jatuh ke lubang akhir


ajari aku tidur yang nyenyak malam ini sayang, atau tidak ajari aku menerima esok hari yang indah, ya sayang


Daun gugur itu memutuskan rindu pada ranting yang dulunya erat memeluk, dan lebih memilih meniduri tanah yang sejatinya hanya menginginkan cacing2 pemakan luka.


Dari antah berantah, mungkin bisa membuat kalau.


Sudah, sebelum dia menyudahi, dia telah disudahi.


Kata-katanya yang bisu telah membuat rindu itu menetas, beranak pinak menjadi cinta yang buta.


Hatinya pun tuli, menyisihkan rayu yang berterbangan, topan berasa bisikan.


Padahal kaki kaki janjinya terpeluk tanam, terkubur acuh, mayat, cinta berakhir nisan.


Udah nyampek nyubuh lagi, katup2 enggan menutup, sebentar katanya, menunggu lagu favorit diputar. Lagi.


Dan yang teringkari itu pun terpenuhi, sebuah kata yang bernama janji.

2 komentar: